Popular Posts




Dahulu Rasulullah apabila khutbah jum’at maka beliau biasanya bersandar pada sebuah pokok kurma. Disebutkan biasanya beliau memegangnya… biasanya juga beliau naik diatas pokok kurma itu. Maka ketika jumlah kaum muslimin semakin ramai, maka kaum Anshar berinisiatif agar membuatkan sebuah mimbar yang punya tiga tingkat, yang mana tingkat satu dan duanya untuk berjalan dan duduk di tingkat yang ketiga. 

Setelah mimbar itu dibuat, maka dimasukkanlah mimbar itu kedalam Masjid agar Rasullullah Shalaallahu’alaihiwasallam berkhutbah diatasnya. Maka itulah hari dimana Rasulullah berkhubah diatas mimbar barunya. Lantas naik lah sang Rasul mulia keatas mimbar dan mulai menyampaikan khutbah sebagaimana yang dikehendaki Allah.


Ketika sudah di prtengahan khutbah, Para Sahabat –Radhiyallahu’anhum- saling berpandang-pandangan ke kanan dan ke kiri. Mereka hendak mencari-cari suara tangis kecil namun terasa menyayat hati membelah jiwa. Bahkan suara itu semakin bertambah dan merambah membuat hati tak kuasa mendengarnya seakan-akan suara tangis unta yang dipisahkan dari anak kecilnya. Maka mereka pun semakin heran dan mencari-cari sumber suara rintihan pilu itu. Amun ketika mereka mencari-cari sumber suara, tidak ada satupun sahabat yang sedang menangis diantara mereka.
Maka, tiba-tiba saja Rasulullah shalaallahualaihiwasallam yang sedang khutbah turun dari mimbar barunya dan langsung menuju Pokok kurma yang biasanya beliau Menyandarkan punggungnya yang mulia kepada sang pokok kurma tersebut. Setelah tiba di pokok kurma itu, beliau pun langsung memeluknya dan suara tangisan pilu itu berhenti.

Seorang sahabat berkata:” Wahai Rasulullah, Apakah yang menangis tadi adalah batang korma ini? Apakah batang korma ini rindu padamu padahal ketika engkau tidak lagi berkhutbah di sisinya? Maka beliau Shalaallahu’alaihiwasallam bersabda:”Demi yang jiwaku berada di tanganNya, kalau seandainya aku tetap di mimbar baru dan tidak turun, dan aku tidak memeluknya niscaya batang kurma itu akan senantiasa menangis hingga kiamat datang.”

وألقي حتى في الجمادات حبه....فكانت لإهداء السلا م له تهدى..
وفارق جزعا كان يخطب عنده...فأن أنين الام إذ تجد الفقد
يحن إليه الجذع يا قوم هكذا....أما نحن أولى أن نحن له وجدا
إذا كان جزع لم يطق بعد ساعة....فليس الوفاء أن نطيق له بعدا
Duhai kepada benda-benda mati rasa Cintanya…maka hadiah salam diberikan padanya
Ketika Ia berpisah dari Kurma yang dahulu selalu di sisinya….
lantas menangislah pilu sang kurma ketika kehilangan dirinya…
Sebatang kurma begitu sedu terisak-isak karena rindu..
Adapun kita lebih pantas menangis darinya…
Kurma tak tahan berpisah dengannya walau hanya sesaat saja..
Maka bukanlah kejujuran kalau tak rindu dalam saat yang jauh darinya…

Disebutkan, ketika terjadi perluasan mesjid maka sahabat Ubay bin Kaab membawa kerumahnya kurma yang dirudung rindu Rasulullah itu. Dan senantiasa berada disana dalam keadaan basah  , segar dan hidup. Dalam riwayat Ad-Darimi disebutkan: “maka Rasulullah memerintahkan para sahabatnya agar membuat lubang dan menguburkan sang kurma itu.” Tambahan dari Ibnu Zabalah :”tempat dikuburnya di bawah mimbar Beliau, dikatakan pula sebelah kiri atau kanannya, dikatakan pula dikubur tempat asalnya.”

Ya Allah kami mencintai Rasullullah dan jadikanlah kami sebagai pengikut setia akan sunnah-sunnahnya hingga wafat menemui kami..
Ya Allah kumpulkanlah Kami bersama Rasul-Mu di surga dan anugrahkanlah kami Syafaat beliau di padang Masyhar..
Ya Allah, jadikanlah hati kami ini selalu cinta akan Rasul-Mu dan cinta akan Sunnah-sunnahnya tanpa malu dan merasa berat mengamalkannya.
Ya Allah jadikanlah lisan kami selalu mudah untuk bershalawat kepada Rasul-Mu sebanyak-banyaknya..
Wahai saudara pembaca yang mulia….perbanyaklah Shalawat atas Nabi Shalaallahu’a’aihiwasallam di hari jumat..

--------------------------
Faidah dari Syaikh Qasim Fadhail
Diterjemahkan
Fauzi Rifaldi
 Pagi jumat awal musim dingin 21-1-1436 H
Al-Haram Al-Madani-As-Syarief.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.